Menurut sejarah, Festival Songkran merupakan festival tradisional dari masyarakat Lana yang tinggal di bagian utara Thailand. Festival Songkran diadakan hanya pada tiga hari, yaitu 13, 14, dan 15 April setiap tahunnya. Songkran adalah festival perayaan tahun baru bagi orang Lana. Agenda pada hari kedua Songkran adalah pergi ke Sungai Ping, dengan melakukan kegiatan, yaitu mengambil pasir, membuat pagoda. Dari Sungai Ping inilah kemudian lahir kegiatan bermain dengan air, karena sumber air yang melimpah dari sungai. Hari ketiga merupakan Great Buddhist Day, tahun baru bagi orang Lana.
Penelitian mengenai permainan air di Songkran telaha ada sejak tahun 1950-an hingga sekarang. Perkembangan dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa ada pergeseran atau perubahan dalam Festival Songkran. Tahun ‘50an, Songkran masih merupakan ritual keagamaan. Tahun ‘70-an orang-orang mulai datang dengan mobil. Tahun ‘80-an mulai menimbulkan dampak bagi bisnis akomodasi di lingkungan sekitar. Tahun ’90-an mulai muncul istilah perang air. Baru ketika masuk ke tahun 2000an, penggunaan pistol air (water gun) untuk saling menembak dengan orang lain, bermain air sambil menari, sambil menyanyi, sebaik mereka sedang minum.Semuanya hanya mengerucut ke satu hal, yaitu bersenang-senang. Tidak ada batasan usia, tidak ada batasan jenis kelamin, tidak ada batasan pekerjaan, dan semua orang disambut baik untuk bergabung dengan Festival Songkran. Dari tahun ke tahun, semakin banyak turis mancanegara yang datang.
Review dari beberapa literatur oleh Dr. Ploysri ditekankan pada terciptanya ruang (space) dalam sebuah festival. Istilah liminality mencerminkan bahwa ada ‘anti-structure situation’ pada Songkran, yaitu suatu masa di antara waktu-waktu atau hari-hari biasa ketika tidak ada aturan, semua orang dapat menciptakan kesetaraan, semua orang terlihat sama hanya pada masa tertentu (selama Festival Songkran berlangsung). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah dalam enam dekade, studi mengenai Songkran memiliki perubahan-perubahan dalam praktik bermain airnya. Perubahan tersebut sama baiknya dengan hilangnya praktik tradisional Songkran. Akan tetapi, praktik permainan air dalam Songkran justru mencerminkan suksesnya promosi pariwisata di Chiang Mai yang mengungkap pula dampak dari proses modernisasi ke perubahan sosial-kultural dan ekonomi di Chiang Mai dan Thailand sebagai negara berkembang.