
I Putu Gede Eka Praptika, yang akrab disapa Tude, adalah salah satu alumni berprestasi dari Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM. Lulus dengan predikat Cum Laude, alumni angkatan 2019 ini kini melanjutkan pendidikan magister di University College London (UCL), salah satu universitas terbaik di dunia. Perjalanannya dapat menjadi inspirasi bagi para mahasiswa untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki hingga mampu meraih prestasi di tingkat global.
Lahir dan besar di Desa Peliatan, Ubud, Bali, salah satu destinasi wisata terkemuka di Indonesia, Tude tumbuh dalam lingkungan yang erat dengan industri pariwisata. Namun, alih-alih melanjutkan studi sarjana di tanah kelahirannya, ia memilih Prodi Pariwisata UGM untuk memperluas wawasan dan memahami sektor ini dari perspektif yang lebih akademis dan multidisiplin.
Proses belajarnya saat itu tidaklah mudah, terlebih saat pandemi Covid-19 mengubah dinamika perkuliahan menjadi daring. Berkat dukungan penuh yang diberikan UGM khususnya fasilitas pendidikan daring melalui bimbingan dosen dan staf pengajar di Prodi Pariwisata, ia tetap mampu beradaptasi dan memanfaatkan kesempatan untuk terus berkembang. Selain itu, bentuk perhatian kampus adalah dukungan terhadap kesejahteraan mahasiswa, termasuk akses bantuan pangan, yang memastikan mahasiswa dapat tetap fokus pada studi meskipun dalam situasi pembatasan sosial ketika pandemi COVID-19 melanda.
Di tengah keterbatasan akibat pandemi, Tude menyikapinya sebagai potensi untuk belajar dan mengembangkan kapasitas diri. Selama pandemi ia mengikuti berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan hingga kompetisi akademik. Salah satunya ia aktif mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan berhasil meraih medali emas untuk Presentasi Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora serta medali perak untuk kategori Poster di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS 34).
Selain berkompetisi, ia juga terlibat dalam berbagai penelitian, baik secara individu maupun kolaboratif, serta aktif mempublikasikan tulisannya di berbagai platform akademik. Konsistensinya dalam berkarya membawanya meraih Juara 2 Mahasiswa Berprestasi UGM 2022, setelah sebelumnya dinobatkan sebagai Mahasiswa Berprestasi FIB UGM.
Berbagai prestasi yang diraih Tude juga tak lepas dari peran proses belajar serta tuntunan para dosen di Prodi Pariwisata FIB UGM. Bagi Tude, pengalaman akademiknya di Prodi Pariwisata memberikan wawasan yang lebih dari sekadar teori. Ia menekankan bahwa mata kuliah yang ditawarkan sangat relevan dengan perkembangan industri dan berbasis inovasi. “Dulu saya menikmati bagaimana teori yang diajarkan di kelas bisa langsung dikembangkan dalam bentuk proyek nyata, seperti PKM,” ujarnya. Hal itu tentunya merupakan sinergi pengelola Prodi Pariwisata bersama UGM seutuhnya dalam mengupayakan dengan baik SDG 4: Pendidikan Berkualitas.
Selain kualitas akademik, Tude juga mengapresiasi lingkungan studi di Prodi Pariwisata yang dinamis dan suportif. “Yang saya suka di (Prodi) Pariwisata UGM, sangat supportive antara mahasiswa baru dan kakak tingkat, didukung juga oleh Himapa. Srawung (berinteraksi) itu seru dan saling mendukung,” tuturnya. Bahkan setelah lulus, dukungan dari dosen dan alumni tetap berlanjut, termasuk dalam membantu mahasiswa mendapatkan peluang studi atau karier, baik di dalam maupun luar negeri. Ia berharap sinergi ini terus diperkuat agar semakin banyak lulusan yang dapat berkontribusi dan berkembang sesuai minatnya.
Sebelum melanjutkan studi magister di UCL, Tude sempat terlibat langsung ke dunia riset dan bisnis pariwisata. Pengalaman ini semakin menguatkan pandangannya bahwa kurikulum Prodi Pariwisata UGM tidak hanya memberikan fondasi akademik yang kuat, tetapi juga membekali mahasiswa dengan keterampilan praktis yang sesuai dengan kebutuhan industri. Pengetahuannya selama kuliah juga terbukti relevan saat ia melanjutkan studi magister. Diskusi-diskusi dengan dosen hingga kakak tingkat semasa kuliah ternyata menjadi dasar penting dalam memahami kompleksitas pariwisata di tingkat global.
Bagi mahasiswa yang masih ragu dengan prospek studi pariwisata, Tude menegaskan bahwa bidang ini menawarkan peluang luas dan multidisiplin. “Pariwisata bukan sekadar industri layanan, tetapi juga motor penggerak ekonomi, sosial, serta media konservasi yang mendukung pembangunan keberlanjutan. Baik Akademisi dan Praktisi memiliki peran penting dalam memahami dan mengelola sektor ini dengan pendekatan kritis dan manajerial,” jelasnya.
Dengan tantangan dan peluang yang ada, ia berharap semakin banyak mahasiswa yang tertarik untuk berkontribusi dalam dunia pariwisata, tidak hanya sebagai praktisi tetapi juga sebagai pemikir dan inovator yang membawa perubahan positif bagi masyarakat dan lingkungan.