Bulaksumur, Kamis 30 Mei, 2024. Program Studi (Prodi) Pariwisata dalam mata kuliah Jurnalisme Pariwisaya mengadakan kuliah tamu bersama A.A. Kunto A. Kuliah tamu diawali dengan sesi diskusi mengenai beberapa isu atau tema yang relevan dengan tema kepariwisataan. Mahasiswa mengajukan pertanyaan melalui platform whatsapp group untuk menentukan arah diskusi perkuliahan. Ada banyak pertanyaan yang masuk melalui platform whatsapp dan menjadi bahan diskusi perkuliahan. Menyikapi hal tersebut, Kunto mengapresiasi ragam pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa. Ia menekankan bahwa dasar dari pekerjaan jurnalisme adalah bertanya, selain itu jurnalisme sebagai profesi juga memiliki kode etik yang berkaitan dengan kepentingan publik. Selain itu, jurnalisme sebagai profesi maka ia harus bekerja secara profesional dan juga menerima upah melalui lembaga tempat ia bernaung.
Lebih lanjut, Kunto bertanya mengapa jurnalis harus bekerja secara profesional? Hal ini karena berkaitan dengan kualitas konten, karena mereka bertanggung jawab terhadap publik. Oleh karena itu, perencanaan liputan menjadi penting untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas dan mampu merespon perubahan selama proses penulisan. Sebelumnya penulis perlu membuat Penyusunan ToR, ini menjadi sangat penting karena akan menjadi panduan jurnalis dalam proses pembuatan konten. Penyusunan ToR ini juga akan menentukan kualitas dari konten yang akan jurnalis buat, secara ideal ToR ini akan menjadi alat perencaan sekaligus alat ukur untuk melihat signifikansi dan urgensi dari sebuah tema.
Menurut Kunto, pada dasarnya pekerjaan jurnalis adalah pekerjaan yang menuntut pekerjanya untuk selalu bersifat skeptis. Artinya jurnalis selalu dituntut untuk selalu mempertanyakan dan menguji kemungkinan yang ada. Oleh karena itu, kerja-kerja jurnalis akan selalu bersinggungan dengan proses riset untuk menemukan kebenaran, studi pustaka, observasi, hingga wawancara. Oleh karena itu jurnalis perlu menggali lebih dalam untuk menemukan perspektif lain yang belum tergali. Ia mencontohkan cara berpikir implikatur ala Foucault dan Derrida, cara berpikir ini bermakna “yang didiamkan justru berarti”, artinya jurnalis perlu memiliki kepekaan untuk melihat sesuatu di luar bingkai.
Di samping itu semua, Kunto juga menekankan pentingnya proses penyuntingan, yangmerupakan bagian akhir dari pembuatan konten. Proses penyuntingan merupakan hasil kerja bersama dengan editor, tujuannya adalah untuk menentukan kelayakan tayang. Hal ini karena tidak semua konten itu layak ditayangkan, baik secara bobot teknis maupun bobot konsep. Oleh karena itu peran editor juga penting pada tahap perencanaan, karena editor akan menyocokkan dengan ToR sebelumnya. Selain itu proses penyuntingan menjadi penting untuk membandingkan laporan hasil dengan perencanaan. Kemudian untuk menguji akurasi konten dengan mengecek ke sumber primer dan sekunder. Terakhir untuk menambahkan, mengurangi dan menyusun ulang laporan berita yang mungkin luput oleh jurnalis.
Kegiatan ini merupakan wujud dukungan konkret terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Kolaborasi ini secara khusus membantu mencapai tujuan ke-4 (Pendidikan Berkualitas) dengan menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata, serta merangsang semangat belajar sepanjang hayat. Kolaborasi ini juga turut membantu mencapai tujuan ke-17 (Kemitraan untuk mencapai tujuan) guna meningkatkan kerjasama pemerintah-swasta dan masyarakat sipil secara efektif, berdasarkan pengalaman dan bersumber pada strategi kerja sama.