Bulaksumur, Kamis 16 Mei 2024. Program Studi (Prodi) Pariwisata dalam mata kuliah Jurnalisme Pariwisaya mengadakan Kuliah umum. Kuliah umum kali ini diisi oleh Ambara Muji Prakosa, seorang jurnalis, sutradara, dan produser TVOne Jakarta periode 2008-2023. Bertempat di Auditorium Soegondo, kuliah umum ini membahas tentang jurnalisme pariwisata dalam format multimedia. Secara spesifik kuliah umum ini juga membahas mengenai cara membuat konten jurnalisme pariwisata dalam format multimedia. Kuliah umum ini juga merupakan wujud dukungan dan kolaborasi antara akademisi dan praktisi mengajar. Harapannya mahasiswa Prodi Pariwisata UGM juga dapat memperoleh perspektif praksis dari para praktisi.
Ambara mengawali perkuliahan dengan menampilkan tayangan hasil liputannya tahun 2010 tentang eksistensi buruh angkut belerang. Melalui hasil liputannya ia mencoba mengkritik penggambaran Kawah Ijen oleh berbagai travel agent sebagai kawasan yang eksotis. Ia menuturkan alih-alih memberikan gambaran yang indah, eksotis dan estetik selayaknya penggambaran jurnalisme pariwisata. Ia mengatur penggambaran Kawah Ijen dengan tone warna yang pupus untuk memberikan gambaran yang suntuk dan penuh hiruk pikuk buruh angkut belerang. Selain gambar, Ambara juga menuturkan bahwa dirinya menggunakan mic kondensor untuk memberikan suara yang jelas dan detil dari buruh angkut yang ia liput.
Ia menceritakan bagaimana proses pemilihan orang yang menjadi aktor utama dalam liputannya di Kawah Ijen. Menurut penuturannya selama seminggu pertama ia tidak langsung mengambil gambar, melainkan melakukan pendekatan terhadap kelompok buruh angkut belerang. Ia bercerita bahwa ia makan, minum dan tidur bersama para kelompok buruh angkut dan mengikuti keseharian mereka. Setelah satu minggu ia akhirnya menemukan satu sosok yang pas untuk menjadi aktor dalam liputannya. Ia berujar bahwa ia tak membayar orang yang menjadi aktor dalam liputannya, sebagaimana hal yang wajar dilakukan oleh jurnalis lainnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan akting yang natural dan tidak dibuat-buat.
Lebih lanjut, Ambara bercerita bahwa perlu perjuangan yang keras untuk melakukan liputan terkait kehidupan buruh angkut belerang di Kawah Ijen. Ia menuturkan bahwa untuk membuat tayangan dengan durasi kurang lebih 45 menit tersebut, ia membutuhkan waktu liputan selama 20 hari lamanya. Secara eksplisit ia bercerita selama proses liputan ia hidup bersama para buruh angkut belerang dan naik turun gunung sebanyak enam kali sehari. Ia juga harus melakukan liputan tersebut sendirian, karena partner-nya mengalami cedera saat proses naik dan turun dari gunung. Oleh karena itu, menurutnya liputan di Kawah Ijen ini merupakan liputan paling berat sepanjang karirnya sebagai jurnalis. Selain terkait waktu dan proses liputan, tantangan lain yang harus dihadapi adalah biaya liputan yang mencapai 100 juta rupiah pada Tahun 2010.
“Secara pribadi liputan di Kawah Ijen ini adalah bentuk kejengkelan pribadi saya terhadap Ijen, jadi karena ada yang membiayai untuk bikin liputan di Ijen, kita ya berangkat aja”, cetus Ambara.
Kegiatan ini merupakan wujud dukungan konkret terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Kolaborasi ini secara khusus membantu mencapai tujuan ke-4 (Pendidikan Berkualitas) dengan menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata, serta merangsang semangat belajar sepanjang hayat. Kolaborasi ini juga turut membantu mencapai tujuan ke-17 (Kemitraan untuk mencapai tujuan) guna meningkatkan kerjasama pemerintah-swasta dan masyarakat sipil secara efektif, berdasarkan pengalaman dan bersumber pada strategi kerja sama.