Bulaksumur, Jumat 3 Mei 2024. Program Studi (Prodi) Pariwisata dalam mata kuliah metode penelitian pariwisata bekerja sama dengan Fulbright Scholarship mengadakan kuliah umum. Kuliah umum ini diisi oleh Prof. Dr. Kathleen Adams, Ph.D. dari Loyola University, Chicago dan dimoderatori oleh Runavia Mulyasari S.Ant., M.A.. Bertempat di Auditorium Soegondo, kuliah umum ini membahas tentang metode etnografi dalam penelitian pariwisata, mulai dari tataran konsep hingga praksis di lapangan. Kuliah umum ini juga merupakan wujud dukungan dan kolaborasi antara akademisi lintas negara dan keilmuan. Khususnya dalam mewujudkan iklim kajian studi pariwisata yang interdisipliner dan berperspektif kritis.
Mengawali perkuliahan, Kathleen menyebutkan bahwa secara personal, etnografi adalah metode penelitian yang ia sukai. Hal ini menurutnya, karena etnografi merupakan sebuah metode yang penting dan mampu mengubah wajah pengetahuan sosial. Lebih lanjut, menurutnya etnografi juga sekaligus sebagai pembeda dengan metode ilmu-llmu lain seperti metode yang ada dalam ilmu eksakta. Kathleen menyebutkan karena etnografi juga berasal dari metode kualitatif. Secara konsep, penelitian etnografi menuntut peneliti untuk melibatkan diri langsung dalam kehidupan sehari-hari subjek penelitiannya. Oleh karena itu, desain penelitian etnografi akan bersifat dinamis dan berkembang seiring dengan temuan yang ada di lapangan.
“Bagi saya etnografi adalah metode penelitian tentang cara peneliti mengkisahkan sebuah tulisan yang penuh nuansa dan kaya tentang bagaimana orang (subjek) memahami dunianya” ujar Kathleen.
Selain itu, menurut Kathleen untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai peneliti perlu untuk melakukan observasi partisipan. Lebih lanjut peneliti perlu membangun hubungan yang intensif dan baik dengan masyarakat yang akan diteliti. Ia menyebutkan bahwa “nongkrong” dapat menjadi media untuk mendekatkan diri dengan masyarakat. Setelah itu, baru kemudian peneliti dapat membuat catatan lapangan terkait kondisi masyarakat. Akan tetapi, ia menegaskan bahwa dalam membuat catatan lapangan itu, peneliti tidak akan mungkin bersikap netral karena peneliti pasti juga memilki keberpihakan. Oleh karena itu, catatan tersebut masih bersifat data mentah dan, perlu untuk dianalisis dan diolah sehingga menjadi anlisis data yang objektif.
Meskipun demikian, Kathleen juga menuturkan beberapa tantangan dalam aplikasi metode etnografi dalam penelitian, khususnya penelitian pariwisata. Pertama ia mengatakan terdapat kebingungan terkait peran, hal ini akan dialami oleh peneliti yang melakukan etnografi di daerah asalnya. Akan tetapi, menurutnya hal ini wajar bahwa akan mengalami “krisis identitas” antara sebagai peneliti atau penduduk lokal. Kedua, subjek penelitian seperti wisatawan bersifat temporal sehingga akan cukup sulit menentukan fokus dari komunitas yang terus berpindah, seperti wisatawan. Oleh karena itu, ia menawarkan solusi berupa etnografi multi lokasi, peneliti dimungkinkan untuk mengikuti pola pergerakan wisatawan. Hal tersebut menurutnya sangat mungkin dilakukan dan berpotensi untuk memperoleh data yang sangat kaya.
Kegiatan ini merupakan wujud dukungan konkret terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Kolaborasi ini secara khusus membantu mencapai tujuan ke-4 (Pendidikan Berkualitas) dengan menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata, serta merangsang semangat belajar sepanjang hayat. Kolaborasi ini juga turut membantu mencapai tujuan ke-17 (Kemitraan untuk mencapai tujuan) guna meningkatkan kerjasama pemerintah-swasta dan masyarakat sipil secara efektif, berdasarkan pengalaman dan bersumber pada strategi kerja sama.