Bulaksumur, Jumat 19 Maret 2023, suasana berbeda nampak di ruang kelas perkuliahan Isu-Isu Kepariwisataan di ruang 615 Gedung Soegondo FIB UGM. Sebuah pertemuan bertajuk kuliah tamu yang merupakan wujud kolaborasi antara Program Studi (Prodi) Pariwisata FIB UGM dengan Bukit Vista. Sebagai gambaran umum, baik Prodi Pariwisata dan Bukit Vista telah menjalin kerja sama sebagai mitra sejak Tahun 2019. Sesi kuliah tamu kali ini diisi oleh Vice President Pemasaran Bukit Vista, Gunung Ghania. Kuliah tamu ini membahas tentang perkembangan pariwisata dan teknologi yang yang dewasa ini terjadi secara cepat dan dinamis. Topik kuliah tamu ini secara khusus juga menekankan wacana transformatif “Revolusi Pariwisata” yang didorong oleh kemajuan teknologi.
Kuliah tamu dibuka oleh Ghania dengan memperkenalkan GAIA sebuah asisten berbasis artificial inteligent (AI) yang mengubah praktik perhotelan konvensional menjadi sebuah sistem digital. Melalui asisten AI tersebut, praktik-praktik hospitalitas yang konvensional seperti check-in dan check-out manual hingga pembuatan tiket fisik, mulai ditinggalkan. Melalui GAIA, tamu dimungkinkan untuk melakukan praktik hospitalitas seperti check-in dan check-out secara otomatis yang dipersonifikasikan dalam avatar bergambar yang ramah. Akan tetapi, Ghania menekankan bahwa GAIA tidak dapat berdiri sendirian, oleh karena itu diperlukan AI lain dengan sistem kerja yang lebih spesifik. Ghania mencontohkan beberapa AI seperti: 1) IRIS, yaitu AI yang berfungsi meningkatkan hubungan mitra melalui komunikasi yang intuitif; 2) ATHENA, yaitu AI yang responsif untuk mengelola balasan ulasan guna memastikan setiap tamu merasa didengarkan; dan 3) APOLLO, atau sang evaluator, yaitu AI yang berfungsi untuk menilai sebuah properti.
Beberapa contoh AI tersebut menurut Ghania adalah wujud dari masifnya perkembangan teknologi dalam industri pariwisata. Menurutnya di tengah semakin terintegrasinya AI di berbagai sektor, industri pariwisata mengalami perubahan revolusioner, yang sebagian besar didukung oleh industri digital dan kreatif. Ia juga berpendapat bahwa AI tidak hanya menyederhanakan operasional, namun juga menciptakan kembali sentuhan kemanusiaan dalam sektor pariwisata. Hal ini menurutnya, melalui proses otomatisasi, pekerja kini dapat berinteraksi lebih mendalam dengan tamu, sehingga pengalaman yang lebih berkesan bagi wisatawan. Ia mencontohkan, layanan pramutamu kini dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mempersonalisasi pengalaman tamu dibandingkan menangani kunci atau formulir pendaftaran.
Penggunaan AI dalam industri pariwisata ini kemudian memantik diskusi dari mahasiswa isu-isu kepariwisataan. Jihan dari Pariwisata angkatan 2023 menggarisbawahi secara kritis terkait wacana penggunaan AI dalam industri pariwisata Perdebatan yang ramai seputar dampak AI terhadap lapangan kerja di sektor pariwisata memicu kontribusi mendalam dari peserta. Jihan berpendapat bahwa AI dapat menyebabkan pengurangan lapangan kerja dalam industri pariwisata, khususnya melalui agen perjalanan online (OTA) yang mungkin menggantikan peran pekerja kerah biru. Adit menawarkan perspektif yang berbeda, dengan menyatakan bahwa meskipun AI dapat menurunkan permintaan untuk posisi kantor depan dan layanan pelanggan, AI juga dapat meningkatkan kesehatan mental dengan mengurangi interaksi langsung dengan pelanggan.
Kegiatan ini merupakan wujud dukungan konkret terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Kolaborasi ini secara khusus membantu mencapai tujuan ke-4 (Pendidikan Berkualitas) dengan menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata, serta merangsang semangat belajar sepanjang hayat. Kolaborasi ini juga turut membantu mencapai tujuan ke-17 (Kemitraan untuk mencapai tujuan) guna meningkatkan kerjasama pemerintah-swasta dan masyarakat sipil secara efektif, berdasarkan pengalaman dan bersumber pada strategi kerja sama.