Krjogja.com – GUNUNGKIDUL — Suasana Taman Soka, Kalurahan Watusigar, Kapanewon Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, Minggu (12/10/2025) pagi tampak berbeda. Ratusan pelari berkaus seragam memenuhi area perbukitan, siap menembus jalur menantang dalam kegiatan Fun Trail Run Watusigar 2025 bertema “Nyigar Alas Watusigar”.
Event lari lintas alam ini digagas oleh Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM) bersama Himpunan Mahasiswa Pariwisata (HIMAPA) UGM, sebagai bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Watusigar 2025.
Menghadirkan dua kategori jarak — 7 kilometer dan 15 kilometer, Fun Trail Run ini menjadi cara baru mengenalkan Desa Wisata Sembrani Watusigar yang kaya panorama alam dan budaya lokal.
Kegiatan dimulai sejak pagi dengan registrasi peserta, dilanjutkan sambutan dan pelepasan peserta oleh Lurah Watusigar, Giman, di garis start Taman Soka. Kategori 15K dilepas terlebih dahulu, disusul kategori 7K dengan rute yang melintasi bukit, hutan, dan kawasan batu besar terbelah yang menjadi asal-usul nama Watusigar.
Sepanjang lintasan, penyelenggara menyiapkan dua waterstation untuk memastikan peserta tetap terhidrasi. Setibanya di garis finis, para pelari disambut dengan buah semangka segar dan minuman pelepas dahaga, sembari menikmati suasana pedesaan yang asri.
Setelah lomba, peserta juga mendapatkan sesi khusus pengenalan daya tarik wisata Desa Sembrani Watusigar oleh perangkat kalurahan setempat. Acara diakhiri dengan pembagian doorprize dan sambutan penutup dari Ketua Tim PkM Watusigar 2025, Mohamad Rachmadian Narotama, S.T., M.Sc., Ph.D.
Fun Trail Run Watusigar tidak berdiri sendiri. Kegiatan ini berkolaborasi dengan berbagai pihak, antara lain Sriharjo Forest Trail Run, Desa Wisata Sembrani Watusigar, serta komunitas lari seperti Gunungkidul Runners, Blusukan Runners, SruntalSruntul.CC, Clongop Academia, dan Bantul Runners.
Dukungan juga datang dari Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul dan Pemerintah Kalurahan Watusigar, menjadikan acara ini bentuk nyata kemitraan antara kampus, komunitas, dan pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi wisata berbasis partisipasi masyarakat.
Antusiasme Pelari dan Pesan Inspiratif
Antusiasme peserta terlihat sejak awal. Sebagian besar merupakan anggota komunitas pelari lintas alam, namun ada juga peserta umum dari berbagai daerah seperti Karanganyar dan Klaten.
Salah satu peserta mengaku jalur yang ditempuh benar-benar menantang. “Rutenya benar-benar nyigar alas — panas, menanjak, tapi seru dan memacu adrenalin,” ujarnya.
Sementara itu, Mohamad Rachmadian Narotama, selaku ketua tim pengabdian, mengungkapkan kegembiraannya melihat partisipasi masyarakat dan komunitas lari.
“Event ini jadi cara baru mengenalkan potensi Watusigar. Tahun lalu desa ini sudah dikenal lewat budaya dan produk lokal, tapi pasarnya masih terbatas. Melalui trail run kita bisa menjangkau segmen baru, terutama generasi muda pecinta olahraga alam,” katanya.
Ia berharap ke depan, kegiatan serupa dapat dikelola lebih profesional agar memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat desa.
Harapan untuk Event Berikutnya
Dalam sambutannya, Lurah Watusigar, Giman, menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya Fun Trail Run yang dinilai mampu mempromosikan potensi wisata Watusigar secara luas. “Kami sangat mendukung kegiatan ini dan berharap tahun depan bisa dilaksanakan lagi. Melalui olahraga, wisata Watusigar semakin dikenal,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Rachmadian Narotama. “Tahun ini event masih gratis karena masih tahap pengenalan. Ke depan, kami berharap bisa dibuat lebih profesional dan berbayar sewajarnya, agar menjadi sumber pemasukan bagi desa,” jelasnya.
Menghidupkan Desa Wisata Lewat Lari
Fun Trail Run Watusigar menjadi bukti bahwa pariwisata berkelanjutan tidak selalu harus mewah, namun bisa dibangun dari kegiatan sederhana yang melibatkan masyarakat, komunitas, dan akademisi.
Melalui semangat “Nyigar Alas”, event ini bukan sekadar ajang olahraga, tetapi juga gerakan nyata untuk menghidupkan desa wisata, memperkuat ekonomi lokal, dan menanamkan cinta alam kepada generasi muda.
Editor: Primaswolo Sudjono, Foto: SFTR
[Diunggah uland dari krjogja.com, dengan penyesuaian]