Ketua Desa Wisata Brayut, Darmadi (baju hijau) saat memimpin acara peluncuran Nitirasa Brayut, Jumat (6/12) siang. (foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Gudeg.net –“Hari ini, Jumat (6/12) secara resmi mewakili Kelompok Desa Wisata Brayut kami meluncurkan program Nitirasa Brayut. Program ini hasil dari sinergi-kolaborasi kami dengan tujuh mahasiswa Pariwisata UGM yang dalam tiga bulan ini secara intensif berdiskusi untuk menghasilkan produk baru wisata di Brayut yang selama ini lebih terfokus pada wisata budaya dan pertanian. Adanya Nitirasa Brayut semoga semakin memperkaya ragam wisata di Brayut yang tetap berbasis pada masyarakat dan potensi lokal dan bisa berlanjut di masa-masa datang dengan wisata kuliner ala kampung.”
Warga menyiapkan sajian makanan pada peluncuran Nitirasa Brayut. (foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Sambutan tersebut disampaikan Ketua Desa Wisata Brayut, Pandowoharjo-Sleman Darmadi saat meluncurkan program baru Nitirasa Brayut, Jumat (6/12) siang. Peluncuran Nitirasa Brayut dihadiri oleh Koordinator Praktisi Mengajar Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (PM-UGM) Ganies Riza Aristya, Andi Hanif (praktisi-profesional), serta 20-an wisatawan pengunjung yang membeli paket perdana Nitirasa Brayut.
Nitirasa Brayut merupakan program wisata baru dari Desa Wisata Brayut dengan menawarkan pengalaman kuliner yang unik berupa memasak dan menyajikannya bersama masyarakat, serta menikmati hidangan tradisional otentik di tengah suasana desa.
“Salah satu jenis makanan yang khas adalah Legondo. Ini kami sajikan saat ada kunjungan. Sengaja tidak diproduksi pada hari-hari biasa. Dalam Nitirasa Brayut, pengunjung akan belajar langsung membuat Legondo. Sebelum-sebelumnya kami sajikan kepada pengunjung dalam bentuk Legondo yang sudah siap santap. Dengan membuat Legodndo secara langsung wisatawan-pengunjung bisa mendapat pengalaman baru.” imbuh Darmadi dalam sambutannya.
Berkolaborasi dengan pengelola Desa Wisata Brayut, Pandowoharjo-Sleman tujuh mahasiswa Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya UGM angkatan 2023 merintis sebuah kegiatan wisata edukasi dengan memanfaatkan potensi lokal melalui pengalaman langsung. Kegiatan yang diberi nama ‘Nitirasa Brayut’ untuk pertama kalinya diluncurkan pada Jumat (6/12).
Legondo, jajanan khas Brayut. (foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
“Selama tiga bulan sebelumnya kami melakukan survei awal mengumpulkan data bersama pengelola Desa Wisata Brayut untuk menggali lagi potensi-potensi wisata di Brayut yang bisa dikembangkan. Gayung bersambut ketika tawaran yang menariknya adalah mengalami langsung sebagaimana ekowisata desa di tempat lain. Setelah delapan kali diskusi intensif akhirnya diputuskan secara bersama-sama untuk mengangkat tentang kuliner. Tidak semata-mata tentang makanan khas, namun bagaimana pengunjung bisa terlibat langsung dalam menyiapkan makanan tersebut hingga siap dihidangkan. Masakan itu yang nantinya dinikmati bersama-sama pengunjung.” jelas koordinator mahasiswa Nadine Nabila kepada Gudeg.net, Jumat (6/12) siang.
Lebih lanjut Nadine menjelaskan program tersebut merupakan implementasi dari mata kuliah Pariwisata Berbasis Masyarakat. Dalam program tersebut pengunjung diajak langsung memasak dan menyiapkan minuman, jajanan pasar, serta makanan berat sebagai menu utama.
“Dari hasil diskusi, pengelola Desa Wisata Brayut menyediakan dapur beserta peralatannya. Bahan sudah dibeli menyesuaikan menu yang akan dimasak. Ada pendampingan dari pengelola selama proses memasak. Sejauh ini antusiasmenya cukup bagus. Beberapa saat setelah dipublikasi, kuota yang ditawarkan secara terbatas langsung terpesan. Semoga program ini bisa berlanjut di masa datang dan bisa menambah program wisata di Brayut.” imbuh Nadine.
Koordinator Praktisi Mengajar (PM) UGM, Ganies Riza Aristya saat meninjau langsung peluncuran Nitirasa Brayut menjelaskan bahwa kegiatan praktisi mengajar merupakan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dimana mahasiswa mendapatkan pendidikan tidak hanya di bangku perkuliahan, namun juga mendapat pengetahuan dan pengalaman langsung dari praktisi sehingga dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan program MBKM salah satunya kegiatan praktisi mengajar dimana UGM sudah sangat aktif menjalankan kegiatan tersebut sejak 2022.
Pengunjung-wisatawan belajar langsung membuat Legondo. (foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Dalam hal ini PM-UGM mengundang Team Teaching dari Prodi Pariwisata FIB-UGM yang diketuai Tular Sudarmadi (dosen Pariwisata) dan Hannif Andy Al Anshori (praktisi-profesional) untuk menularkan keahliannya kepada masyarakat bersama mahasiswa sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori yang didapatkan di kelas dengan penerapannya di lapangan.
“Kami (PM-UGM) sangat senang bisa mengikuti dan hadir di sini untuk melihat langsung bagaimana produk ilmu yang sudah diberikan Pak Tular, Pak Hanif bersama team teaching kepada mahasiswa dan diimplementasikan secara langsung dan berkolaborasi dengan masyarakat. Dengan begitu masyarakat dan mahasiswa bisa bersinergi dengan pendampingan Pak Hanif sebagai praktisi mengajar sehingga mahasiswa bisa langsung mempelajari pengetahuan yang ada di masyarakat. Harapannya dengan adanya praktisi mengajar ini kita mencoba menjembatani menghilangkan gap-gap (kesenjangan) ketidaktahuan mahasiswa/alumni ketika sudah berada di masyarakat.” jelas Ganies saat peluncuran Nitirasa Brayut, Jumat (6/12) siang.
Saat mendampingi peluncuran Nitirasa Brayut praktisi mengajar Hannif Andy al-Anshori menjelaskan peluncuran Nitirasa Brayut merupakan ujicoba dari program yang disusun oleh mahasiswa yang telah berdiskusi dan berdinamika secara langsung dengan masyarakat lokal untuk menentukan produk apa yang bisa ditawarkan selain wisata berbasis budaya dan pertanian.
Koordinator Praktisi Mengajar UGM Ganies Riza Aristya (paling kanan) saat memberikan sambutan pada peluncuran Nitirasa Brayut, Jumat (6/12) siang. (foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Hanif menambahkan dalam mekanisme pembelajaran, mahasiswa terjun ke masyarakat untuk menemu-kenali permasalahan, kebutuhan, sehingga nantinya diharapkan nantinya alumni pariwisata UGM saat membuat kebijakan berlandaskan pada permalahan. Persoalan di lapangan, serta kebutuhan yang ada. Dalam hal ini masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama dalam mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat.
“Dalam program praktisi mengajar di Prodi Pariwisata UGM tahun 2024 terdiri dari 69 mahasiswa semester tiga yang disebar pada 10 lokasi berbeda dengan produk yang berbeda mulai dari kebijakan, regulasi, hingga paket wisata. Mereka terjun langsung ke masyarakat. Untuk yang di Brayut mereka telah delapan kali bertemu dan berdiskusi langsung dengan masyarakat untuk kemudian menyerahkan kepada masyarakat keputusan yang diambil.” jelas Hanif.
Hanif menambahkan mahasiswa datang untuk menemu-kenali tentang masalah, kebutuhan, isu strategis, sehingga muncullah kebijakan. Dalam delapan kali diskusi-pertemuan tersebut mahasiswa dengan masyarakat Brayut menemukan bahwa Brayut yang sudah dikenal dengan pariwisata berbasis budaya dan pertanian ternyata masih kurang dalam diversivikasi produk sehingga muncul gagasan produk yang sifatnya gastronomi (kegiatan wisata berbasis kuliner). Dalam hal ini mahasiswa berperan sebagai pendorong, bukan perancang program dimana masyarakatlah yang berperan sebagai perencana dan pengambil keputusan.
“Dalam Pariwisata Berbasis Masyarakat (community based tourism), masyarakat adalah pelaku utama pengambil keputusan termasuk juga dalam pelaksanaan. Dalam ujicoba Nitirasa Brayut yang ditawarkan secara terbatas terbukti memiliki potensi pasar yang cukup bagus dengan animo dari peserta yang ikut. Kedepannya mudah-mudahan bisa dilanjutkan dan dikembangkan.” pungkas Hanif.
Menu yang ditawarkan saat peluncuran Nitirasa Brayut. (foto : Moh. Jauhar al-Hakimi)
Diunggah ulang dari platform gudeg.net
Artikel ditulis oleh: Moh. Jauhar al-Hakimi