Sebagai desa wisata, Selopamioro menekankan jati diri mereka sebagai desa wisata budaya. Desa ini memiliki potensi budaya lebih dari 80 ragam komunitas seni. Beberapa jenis budaya yang mereka miliki adalah pertunjukan wayang dan karawitan. Selopamioro tidak hanya memiliki potensi budaya, namun desa ini juga memiliki banyak potensi alam. Beberapa jenis dari daya tarik wisata alam adalah bukit, sungai, air terjun, dan goa.
Program studi S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada telah melakukan kerja sama di bidang pengabdian kepada masyarakat sejak tahun 2016. Kerja sama ini dilakukan untuk membangun desa demi menjadi sebuah desa wisata yang mumpuni dalam hal aksesibilitas, amenitas, dan akomodasi. Selain potensi budaya dan alamnya, semangat dan kemauan dari masyarakatnya yang tinggi membuat pengembangan desa dalam bidang pariwisata lebih mudah untuk direncanakan serta dilakukan.
LURAH DESA, PERWAKILAN PENGGERAK PEMUDA, DAN KOMUNITAS KESENIAN DESA
5 – 8 Oktober 2017
Pada tanggal 5 Oktober 2017, penanggung jawab kegiatan bina desa dari program studi S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yulita Kusumasari, S.T., M.Sc. dan Popi Irawan S.S., M.Sc., mengunjungi Desa Selopamioro untuk melakukan diskusi dengan lurah desa serta perwakilan penggerak pemuda. Diskusi tersebut membahas tentang kondisi desa, potensi desa yang diprioritaskan untuk dikembangkan, dan sikap para pemuda Selopamioro tentang pengembangan yang akan dilakukan dalam bidang pariwisata. Respon positif diterima dari lurah desa dan perwakilan penggerak pemuda yang tengah berdiskusi. Mereka, sebagai perwakilan warga desa, memberi dukungan secara penuh dan menyatakan kesediaannya untuk bergerak bersama demi pembangunan Desa Selopamioro.
Pada tanggal 8 Oktober 2017, dosen penanggung jawab program bina desa ini kembali mengunjungi Desa Selopamioro bersama beberapa mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Pariwisata untuk turut berdiskusi dengan perwakilan komunitas kesenian desa. Hal yang dibahas pada diskusi kali ini adalah apa saja dan berapa total kebudayaan yang mungkin dipromosikan untuk pembangunan desa wisata ini. Selain itu, dibahas juga tentang seni kebudayaan yang menjadi prioritas untuk dipromosikan terlebih dahulu oleh para anggota komunitas, sebagai perwakilan masyarakat Desa Selopamioro.
OBSERVASI AWAL HOMESTAY DAN DAYA TARIK WISATA
21 – 22 Oktober 2017
Pada tanggal 21 – 22 Oktober 2017, Yulita Kusumasari, S.T., M.Sc., penanggung jawab program bina desa dari program studi S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, dan beberapa mahasiswa program studi tersebut mengadakan kunjungan dan live-in selama satu malam. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk melakukan tinjauan terhadap homestay yang sudah disediakan oleh masyarakat lokal dan daya tarik wisata yang diprioritaskan.
Pada 21 Oktober, dilakukan observasi terhadap daya tarik wisata yang diprioritaskan, yaitu sebuah bukit. Bukit tersebut akan dibuka oleh warga untuk tracking orang-orang yang menyukai mendaki. Saat itu, jalan menuju ke puncak bukit memang belum terbuka. Sehingga saat dilakukan pendakian, saat itu juga pertama kali jalan dapat dilalui. Beberapa poin penting seperti keamanan dan kebersihan dari objek tersebut belum tersedia sehingga setelah itu, pendakian tersebut menjadi bahasan yang menarik. Setelah melalukan observasi tersebut, para mahasiswa diminta untuk mencoba membuat paket wisata untuk desa ini. Paket yang coba dibuat merupakan one day tour dan 2D1N tour. Setelah itu, dilanjutkan pembahasan dengan lurah dan perwakilan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dari desa ini. Pembahasan yang dilakukan seputar hasil dari observasi.
Pada 22 Oktober, dilakukan survei kepada beberapa bakal homestay yang akan dibuka dan dibenahi lebih lanjut. Ada 12 bakal homestay yang didatangi oleh para mahasiswa untuk dievaluasi kekurangan dan kelebihannya. Setelah selesai dilakukan survei homestay, hasilnya dicatat dan diberitahukan kepada pimpinan Pokdarwis dan kepala dusun. Hasil tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi tim dosen dan perwakilan masyarakat untuk memilih homestay yang paling layak.
WORKSHOP PENGELOLAAN HOMESTAY DAN DAYA TARIK WISATA
26 November 2017
Workshop biasanya dilakukan untuk menyosialisasikan suatu kegiatan yang akan dilakukan. Di Desa Selopamioro, pada tanggal 26 November diadakan workshop tentang pengelolaan homestay dan daya tarik wisata. Workshop tentang homestay diadakan untuk mengenalkan akomodasi yang layak untuk ditinggali oleh para pengunjung. Workshop tersebut menyosialisasikan tentang kebersihan serta pelayanan yang baik dari tuan rumah untuk para tamu. Dijelaskan juga hal-hal yang harus dan tidak harus disediakan dalam kamar para tamu. Hal tersebut dianggap sebagai edukasi bagi para warga yang akan menjadi tuan rumah dari homestay yang telah dipilih. Mungkin kedepannya juga akan dilaksanakan pelatihan keramah-tamahan sebagai tuan rumah terhadap para tamu. Workshop tentang daya tarik wisata diadakan untuk memberikan gambaran tentang hal yang seharusnya ada pada suatu destinasi wisata. Dijelaskan tentang keamanan yang harus disediakan dari pihak pengelola jika ingin membuka jalur tracking ke atas bukit. Selain itu, dijelaskan pula tentang hal-hal yang harus disiapkan jika ingin membuka objek wisata di bantaran sungai atau bermain perahu.
Workshop yang diadakan oleh program studi S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada ini mengundang pengurus POKDARWIS (Kelompok Sadar Wisata), kepala dusun, lurah desa, dan beberapa perwakilan dari perkumpulan atau komunitas di Desa Selopamioro. Dengan diadakannya hal ini, diharapkan masyarakat juga dapat lebih memahami tentang pengelolaan sebuah homestay dan suatu daya tarik wisata.
AKSI CEPAT TANGGAP UNTUK DESA SELOPAMIORO
8 dan 15 Desember 2017
Pada tanggal 27 – 29 November silam, hujan mengguyur seluruh penjuru Daerah Istimewa Yogyakarta. Hujan tersebut memiliki intensitas yang sangat tinggi sehingga menyebabkan bencana alam di beberapa daerah, tak terkecuali Desa Selopamioro. Desa ini juga terkena dampak yang cukup parah ketika badai itu terjadi. Tanah longsor dan banjir terjadi di desa ini. Rumah-rumah rusak, harta benda hilang, beberapa hektare tanah pada bantaran sungai hanyut terbawa air, bahkan jembatan gantung iconic desa ini hilang terbawa arus banjir. Hal tersebut juga menimpa rumah-rumah warga yang tadinya akan dibenahi untuk menjadi homestay yang baik.
Bencana yang terjadi membuat mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada bahu-membahu untuk melakukan Aksi Cepat Tanggap untuk Desa Selopamioro. Beberapa mahasiswa mengunggah tulisan yang berisi tentang dibutuhkannya bantuan untuk desa wisata ini. Aksi ini menerima bantuan berupa dana, sembako, hingga barang pakai seperti sandang, obat-obatan, dan keperluan sekolah anak. Banyak orang yang berpartisipasi dalam kegiatan ini. Setelah pengumpulan donasi tersebut, pada tanggal 8 Desember, beberapa mahasiswa mendatangi desa tersebut dan mendistribusikan bantuan dari teman-teman di luar sana yang sudah mengulurkan tangannya. Setelah pendistribusian pada tanggal 8 Desember tersebut, para mahasiswa membuka donasi lagi bagi teman-teman yang masih ingin memberikan bantuan untuk para warga di Selopamioro. Pengumpulan bantuan selanjutnya dilakukan hingga tanggal 15 Desember 2017. Setelah terkumpul, para mahasiswa kembali mendatangi desa tersebut untuk mendistribusikan kembali bantuan yang sudah didapat dari teman-teman.
Selain mendistribusikan bantuan dari yang sudah memberikan, para mahasiswa yang datang juga membantu warga untuk membersihkan sisa-sisa banjir yang ada pada fasilitas umum desa. Seperti jalan raya, bantaran sungai, bahkan sisa-sisa banjir yang ada pada rumah-rumah warga desa.
UPDATE: PERKEMBANGAN SELOPAMIORO
Setelah terkena bencana alam banjir dan tanah longsor yang membuat sebagian Desa Selopamioro rusak, desa ini sudah siap untuk dibangun lagi. Dari beberapa pengurus desa, dusun, dan kelompok pariwisatanya, sudah mulai dibahas kembali beberapa hal yang akan dikembangkan oleh desa ini. Sekarang, desa ini sudah memiliki beberapa rencana untuk Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), atraksi wisata, fasilitas wisata, dan homestay. Pokdarwis memiliki rencana mengadakan pertemuan rutin untuk membangunan fasilitas pariwisata, pelatihan sumber daya manusia, dan peninjauan ulang tentang beberapa objek yang akan diprioritaskan. Atraksi wisata yang direncanakan akan dilakukan pengembangan yakni wisata air (perahu karet) dan wisata budaya (kehidupan bermasyarakat, festival, embung) yang mulai menargetkan wisatawan asing secara berkelompok. Fasilitas pembantu pariwisata yang direncanakan akan dibangun ialah dermaga untuk wisata air dan pembuatan beberapa gazebo. Rencana untuk membangun homestay lebih lanjut akan dilaksanakan setelah melakukan perbaikan pada rumah-rumah pasca bencana yang terjadi di desa ini. Setelah perbaikan tersebut dilakukan, baru lah akan diberikan papan nama untuk setiap homestay.
Selain rencana-rencana yang telah dicanangkan oleh pengurus-pengurus di atas, Program studi S1 Pariwisata memiliki rencana berupa workshop dan studi banding. Rencana tersebut dibuat karena melihat perkembangan Desa Selopamioro yang cukup signifikan selama dua tahun, sehingga masyarakat sekarang sudah lebih membutuhkan kegiatan yang aplikatif seperti studi banding.
Workshop yang akan diadakan ialah seputar hospitalitas dan tata grha. Pada dasarnya, workshop ini merupakan kegiatan lanjutan dari yang sudah dilaksanakan pada bulan November 2017 lalu. Namun, disamping itu, memang materi ini dirasa perlu bagi para tuan rumah homestay untuk memberikan gambaran tentang tata cara memperlakukan tamu dengan baik. Materi tata grha dirasa perlu bagi semua masyarakat yang memiliki peran penting pada pembangunan homestay dan desa di bidang pariwisata. Materi ini dianggap memberi warga informasi bagaimana seharusnya menata sebuah ruangan agar nyaman untuk ditempati. Kegiatan ini akan dilaksanakan dengan menunggang alumni dari program studi S1 Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada yang kompeten di kedua bidang ini sebagai narasumber. Selain itu, kegiatan ini juga akan melibatkan beberapa mahasiswa untuk membantu kelancaran kegiatan ini.
Studi banding yang direncanakan ialah mengunjungi homestay di desa wisata lain. Kegiatan ini dianggap cukup efektif karena akan memberikan contoh secara langsung bagi para calon pemilik homestay tentang bagaimana penataannya yang benar atau pun fasilitasnya. Desa wisata yang akan dikunjungi adalah desa yang sudah lebih maju dan mapan. Desa yang sudah lebih maju dan mapan akan menjadi motivasi bagi para calon pemilik homestay dan pengurus desa mau pun dusun yang lainnya.